BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dekade terakhir ini telah membawa perubahan besar dalam industri komunikasi yang memungkinkan terjadinya konvergensi media dengan menggabungkan media massa konvensional dengan teknologi komunikasi. Hal ini dapat terlihat pada media cetak besar yang ada di Indonesia memanfaatkan teknologi komunikasi dengan membuat portal berita online. Konvergensi media ini pula melahirkan jurnalisme baru yaitu jurnalisme online.
Disamping media komunikasi  yang telah terlebih dahulu akrab dan diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini telah menjadi salah satu media komunikasi yang mulai mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Keberadaanya juga mulai menjadi favorit bagi seluruh lapisan masyarakat.
Online  adalah istilah bahasa dalam internet yang artinya sebuah informasi yang dapat diakses dimana saja selama ada jaringan internet. Oleh sebab itu jurnalisme online adalah perubahan baru dalam ilmu jurnalistik. Media online menyajikan informasi cepat dan mudah diakses dimana saja.
Media online (online media) juga berarti media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Media online adalah media massa ”generasi ketiga” setelah media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku– dan media elektronik (electronic media) –radio, televisi, dan film/video. Media Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online –disebut juga cyber journalisme– didefinisikan sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet”.
Secara teknis atau ”fisik”, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website, radio online, TV online (streaming), dan email.
Cyber journalism juga lazim dikenal dengan nama online journalism dan berbagai ragam jurnalisme "masa kini" meramaikan pasar media massa abad ini. Pesatnya perkembangan teknologi, terutama teknologi komunikasi elektronik, membuka peluang jejaring komunikasi yang semakin asyik dan semakin personal, dengan perangkat  yang semakin ringkas dan bermobilitas tinggi. Jurnalisme ini mengandalkan teknologi Internet sebagai sarana sebarannya. Cyber journalism juga berlandaskan cara kerja dan teknik serta etika yang pada dasarnya berasal dari jurnalisme cetak dan jurnalisme pendahulunya, seperti radio dan televisi atau jurnalisme media siaran (jurnalisme siaran).
Di Indonesia, perkembangan teknologi memiliki banyak implikasi pada seluruh bidang kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang begitu pesat ikut mempengaruhi proses eksistensi media. Hal tersebut juga terjadi karena pola perkembangan manusia modern yang cenderung serba instan. Media massa sedikit banyak akan mengalami pergeseran atau revolusi ke arah yang lebih canggih. Mulai dari buku, majalah, surat kabar, atau media cetak lainnya tidak memakai kertas lagi karena kita bisa membacanya secara online. Perkembangan media online sejalur dengan makin merambahnya internet di setiap pelosok di Indonesia, serta merebaknya handphone yang bisa dengan mudah mengakses internet.
Beberapa perusahaan media massa yang mulai merambah online diantaranya :
1.      Kompas.com.
Sebelumnya perusahaan kompas hanya membuat kompas.com untuk selingan dan untuk mengantisipasi menjamurnya media massa online di Indonesia, namun sekarang sudah termasuk sukses dalam pengelolaannya.
2.      Okezone.com.
Okezone.com muncul pada awal 2008 dengan penampilan lebih praktis dan memudahkan pembaca berselancar di kanal-kanal pemberitaan.
3.      Detik.com
Sudah ada sejak 9 juli 1998
4.      Tempointeraktif.com
5.      Vivanews.com
6.      Metrotv.com
7.      Liputan6.com
Dan masih banyak lagi, baik yang berupa forum online, atau berformat seperti koran online. Pergerakan itu merupakan upaya pemilik modal untuk merespon perkembangan peradaban. Dimana masyarakat memiliki sifat dasar ingin mendapatkan pelayanan praktis dalam berbagai hal. Bidang komunikasi memang tidak dapat dipisahkan dari semua perkembangan teknologi yang berimbas pada perkembangan media.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Sejarah Lahirnya Jurnalisme Online
Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita melalui koran dan  majalah atau memancarkan berita melalui radio, televisi dan internet. Jurnalisme merupakan bagian dari komunikasi massa secara luas.  Kendati pengertian jurnalisme kini mencakup medium yang sangat luas (termasuk juga radio, televisi, internet bahkan bioskop), medium dasar dari jurnalisme adalah suratkabar. Wartawan pada  umumnya mengadopsi metode dan prinsip jurnalisme tradisional pada koran dan majalah.
Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya. Selama ini sadar atau tidak kita hanya memahami online dalam artian ditampilkan di sebuah situs web. Padahal 'online' mencakup berbagai tempat perkara (venue): web, email, bulletin board system (BBS), IRC, dan lainnya. Tapi tentu bukan tanpa alasan bahwa kebanyakan jurnalisme online saat ini diselenggarakan di web.
            Dari sekian venue di Internet, web merupakan venue yang memungkinkan penyelenggara jurnalisme online untuk menyediakan isi dengan features yang sangat kaya dengan cara paling gampang. Namun, ini tidak berarti bahwa tak ada venue lain yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan jurnalisme online di Internet.
            Jurnalisme online menjadi berbeda dengan jurnalisme tradisional yang sudah dikenal sebelumnya (cetak, radio, TV) bukan semata-mata karena dia mengambil venue yang berbeda; melainkan karena jurnalisme ini dilangsungkan di atas sebuah media baru yang mempunyai karakteristik yang berbeda -baik dalam format, isi, maupun mekanisme dan proses hubungan penerbit dengan pengguna atau pembacanya.
Jurnalisme online lahir pada tanggal 19 januari 1998, ketika Mark Drugle membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut monicagate. Ketika itu Drugle berbekal sebuah laptop dan modern, menyiarkan berita tentang monicagate melalui internet. Semua orang yang mengakses internet segera mengetahui rincian cerita monicagate.
Sedangkan di Indonesia, Jurnalisme Online kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya pemerintahan Suharto di tahun 1998, dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak pembaca. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk berbagai jurnalisme online.
Detik.com barangkali merupakan media online Indonesia pertama yang di garap secara serius. Tidak heran karena pendirinya kebanyakan dari media, Budiono Darsono (eks wartawan Detik), Yayan Sopyan (eks wartawan Detik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugraha. Server detik.com sebetulnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Jadi tanggal 9 Juli ditetapkan sebagai hari lahir Detik.com.
Detik.com yang update-nya tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian, mingguan, bulanan. Yang dijual detik.com adalah breaking news. Dengan bertumpu pada tampilan apa adanya detik.com menjadi media jurnalisme online pertama yang melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan pengguna internet Indonesia.
Masa awal detik.com lebih banyak terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.
Media online detik.com di Indonesia yang telah sukses menyajikan ragam berita, selain itu kantor berita Nasional Antara juga menggunakan teknologi internet. Seiring berjalannya waktu, media online mulai bermunculan seperti astaga.com, satunet.com, suratkabar.com, berpolitik.com, dan ok-zone.com. Dengan lahirnya media online maka media cetakpun tidak mau kalah, dengan dua penyajian media cetak dan media online seperti kompas.com, temporaktif.com, republika.com, pikiran-rakyat.com, klik-galamedia.com, dan masih banyak lagi. Itu adalah langkah baru berkembangnya teknologi yang telah melahirkan jurnalisme online.
2.2. Karakteristik Jurnalisme Online
            Karakteristik jurnalisme online yang paling terasa meski belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun pemirsa untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengarsip artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya dapat dilakukan oleh jurnalisme tradisional, namun jurnalisme online dimungkinkan untuk melakukannya dengan lebih mudah dan cepat.
Beberapa karakteristik dari jurnalisme online dibandingkan ”jurnalisme konvensional” (cetak/elektronik) adalah sebagai berikut:
1.      Real Time
Karakteristik jurnalisme online yang paling popular adalah sifatnya yang real time. Berita, kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung. Ini barangkali tidak terlalu baru untuk jenis media tradisional lain seperti TV, radio, telegraf, atau teletype.
2.      Penerbit
Namun dari sisi penerbit sendiri, mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa tanpa dikerangkengi oleh periodisasi maupun jadwal penerbitan atau siaran: kapan saja dan dimana saja selama dia terhubung ke jaringan Internet maka ia mampu mempublikasikan berita, peristiwa, kisah-kisah saat itu juga. Inilah yang memungkinkan para pengguna atau pembaca untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan sebuah peristiwa dengan lebih sering dan terbaru.
3.      Unsur-unsur Multimedia
Menyertakan unsur-unsur multimedia adalah karakteristik lain jurnalisme online, yang membuat jurnalisme ini mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih kaya ketimbang jurnalisme di media tradisional. Karakteristik ini, terutama sekali, berlangsung pada jurnalisme yang berjalan di atas web.
4.      Interaktif
Selain itu, jurnalisme online dapat dengan mudah bersifat interaktif. Dengan memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya-karya jurnalisme online dapat menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain. Ini berarti, pengguna atau pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan efektif namun tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan titik pandang yang lebih luas, bahkan sama sekali berbeda.
5.      Tidak membutuhkan organisasi resmi
Berikut legal formalnya sebagai lembaga pers, bahkan dalam konteks tertentu organisasi tersebut dapat dihilangkan.
            Interaktivitas jurnalisme online tentu bukan hanya didukung oleh kemampuan teknologi Internet dalam menyediakan hyperlink. Teknologi Internet juga membuka peluang kepada para jurnalis online untuk menyediakan features yang memungkinkan sajiannya bersifat customized, tersaji sesuai dengan preferensi masing-masing pengguna atau pembacanya; yang memungkinkan para pengguna atau pembaca berinteraksi dengan lebih cepat, lebih sering, lebih intens dengan sesama pengguna atau pembaca, narasumber, bahan-bahan berita, dan jurnalisnya sendiri. Ujung-ujungnya, jurnalisme online mampu membangun hubungan yang partisipatif dengan pemirsanya.
Dari karakteristik-karakteristik diatas tersirat bahwa jurnalisme online membutuhkan penanganan yang berbeda dalam penyelenggaraannya dan dinikmati dengan cara yang berbeda oleh para pengguna atau pemirsanya ketimbang jurnalisme tradisional.
            Dalam jurnalisme tradisional, tata-tutur informasi misalnya, disajikan secara linear kepada para pembaca atau pemirsanya. Pemirsa atau pembaca jurnalisme tradisional tidak bisa tidak harus mengikuti urut-urutan informasi yang telah ditentukan sebelumnya oleh penerbitnya: Dari kisah satu ke kisah kedua lalu ke kisah ketiga dan seterusnya tanpa bisa melakukan lompatan.
            Tapi dalam jurnalisme online, tata-tutur informasi dapat disajikan sedemikian rupa secara non-linear untuk mengakomodasi 'kebebasan' pengguna atau pemirsanya: Anda dapat mulai menikmati publikasi online dari kisah terakhir lalu melompat ke kisah sebelumnya atau ke kisah yang pernah dipublikasi sekian tahun sebelumnya, bahkan ke sumber informasi yang sama sekali lain di tengah-tengah proses penikmatan informasi.
            Apa yang disebut 'kebebasan memilih' dalam media online, sebetulnya bukanlah sebuah kebebasan pilihan yang sejati melainkan ilusi memilih; sebab pada dasarnya jurnalis atau penerbit online telah terlebih dahulu menentukan opsi-opsinya (dalam prakteknya dapat berupa rujukan dengan menggunakan hyperlink). Inilah salah satu aspek yang membuat jurnalisme online dapat menyajikan informasi lebih kaya ketimbang jurnalisme tradisional.
            Sementara itu, misal yang lain, tampilan akhir dari produk jurnalisme tradisional lebih banyak ditentukan oleh rancangan dan bahan yang disediakan oleh penerbitnya; sedangkan pada produk jurnalisme online, perlengkapan (device) dan preferensi yang diset dan dimiliki oleh penggunalah yang banyak menentukan tampilan akhir produk sehingga bisa jadi tampilan produk akhir jurnalisme online berbeda-beda di depan masing-masing pengguna atau pemirsanya.
Dan sampai saat ini, secara fisik, ukuran-ukuran device yang tersedia untuk mengakses informasi ke berbagai tempat. Anda dapat menikmati novel atau koran sambil tiduran, menonton berita TV sambil tidur-tiduran di karpet, atau mendengarkan talk show dari sebuah stasiun radio sambil jalan-jalan dengan pesawat walkman di saku anda. Itu semua, pada saat ini, tak dapat dilakukan ketika pemirsa karya jurnalistik online: orang harus duduk di depan komputer atau membaca teks di layar sempit pesawat selular maupun PDA (personal Data Assistant) yang mampu-WAP. Meski bukan tidak mungkin di masa depan akan ditemukan device baru yang akan memberikan kenyaman yang lebih baik untuk pemirsa informasi secara online.
            Di luar device pengguna, jurnalisme online seperti halnya bentuk-bentuk komunikasi lain yang memanfaatkan media digital online, berhadapan dengan kondisi infrastruktur yang tersedia dalam jaringan komputer. Besarnya bandwidth, routing dan kualitas media jaringan komputer juga merupakan variable yang menentukan kualitas komunikasi antara device pengguna dengan device penerbit. Di samping sosiologi pengguna sasaran, faktor-faktor yang disebut di atas merupakan beberapa variable yang harus diperhitungkan dalam mendesain format tampilan maupun isi serta arsitektur informasi yang akan disajikan.
2.3. Hubungan Jurnalisme Online dengan Jurnalisme Konvensional
Jurnalisme online dan jurnalisme konvensional memang merupakan jurnalisme yang mempunyai perbedaan yang sangat mendasar, baik dari media yang digunakan, pelaku atau pekerja didalamnya, hingga penyusunan serta penampilan pesannya yang juga berbeda, namun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Keberadannya tidak bisa dikatakan sebagai media yang berlawanan atau saling berkompetisi, namun juga sebagai media yang dapat saling melengkapi dalam kegiatan jurnalistik atau dalam dunia jurnalisme.
Kehadiran kedua jenis jurnalisme tersebut pada intinya memiliki tujuan yang sama, yakni berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau menyajikan informasi atau berita yang penting bagi masrayakat atau khalayak luas. Namun cara, sistem yang digunakan adalah berbeda, serta penyajiannya, menjadikan kedua jurnalisme tersebut terlihat sebagai sebuah jurnalisme atau media jurnalisme yang saling berkompetisi atau bersaing. Sebagai pengonsumsi media atau berita sebaiknya dapat memilih saluran yang benar-benar dianggap efektif serta dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi masing-masing individu tersebut.
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Jurnalisme Online
Keunggulan jurnalisme online dibandingkan jurnalisme konvensional (cetak atau elektronik) antara lain:
1.      Kapasitas luas halaman web bisa menampung naskah sangat panjang.
2.      Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja.
3.      Jadwal terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat.
4.      Cepat, begitu di-upload langsung bisa diakses semua orang.
5.      Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.
6.      Aktual, berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
7.      Update, pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.
8.      Interaktif, dua arah, dan ”egaliter” dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room, polling, dsb.
9.      Terdokumentasi, informasi tersimpan di ”bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui ”link”, ”artikel terkait”, dan fasilitas ”cari” (search).
10.  Terhubung dengan sumber lain (hyperlink) yang berkaitan dengan informasi tersaji.
Kekurangan Media Online:
1.      Tidak ada ukuran pasti tentang siapa penerbit berita online, sehingga dapat diklaim oleh beberapa pihak.
2.      Adanya kecenderungan mudah lelah saat membaca sajian di berita-berita online yang panjang.
  1. Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.
4.      Banyak terjadi kesalahan penulisan yang dikarenakan ketergesa-gesaan dalam proses penulisan.
5.      Berpotensi mengakibatkan cyber crime (kejahatan dunia maya) seperti penculikan, penipuan, dan berbagai tindak criminal lainnya.
6.      Menurunnya minat baca di perpustakaan akibat lebih praktisnya media online.
7.      Meningkatkan plagiat akibat mudah dicurinya karya-karya yang tersaji di media online.
Kelebihan jurnalisme online, seperti yang tertulis dalam buku Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway Pulblishers,2005):
a.       Audience Control
Jurnalisme Online memungkinkan audiens untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya.
b.      Nonlinearity
Jurnalisme Online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami berita tersebut.
c.       Storage and Retrival
Online jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali secara mudah oleh audiens.
d.      Unlimited Space
Jurnalisme online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan atau ditayangkan kepada audiens dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
e.       Multimedia Capability
Jurnalisme online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya didalam berita yang akan diterima oleh audiens.
f.       Interactivity
Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audiens dalam setiap berita.
2.5. Kode Etik Jurnalisme Online
Nicholas Johnson mantan Komisioner Komisi Komunikasi Amerika Serikat (AS) dan penulis buku How to Talk Back to Your Television Set yang juga Dosen Ilmu Hukum di Iowa College of Law (AS), memberikan catatan hal-hal mendasar tentang kode etik dalam penulisan jurnalistik online :
1.      Dilarang menyerang kepentingan individu, pencemaran nama baik, pembunuhan karakter atau reputasi seseorang.
2.      Dilarang menyebarkan kebencian, rasialis, dan mempertentangkan ajaran agama.
3.      Larangan menyebarkan hal-hal tidak bermoral, mengabaikan kaidah kepatutan menyangkut seksual yang menyinggung perasaan umum, dan perundungan seksual terhadap anak-anak.
4.      Dilarang menerapkan kecurangan dan tidak jujur, termasuk menyampaikan promosi atau iklan palsu.
5.      Larangan melanggar dan mengabaikan hak cipta (copyright) dan Hak Atas Karya Intelektual (HAKI, atau Intelectual Property Right/IPR).
Sementara itu, Cuny Graduate School of Journalism yang didukung Knight Foundation melalui halamannya di http://www.kcnn.org mencatat 10 langkah utama bagi cyber journalist  termasuk kalangan citizen journalist dan blogger supaya terhindar dari masalah hukum, yakni:
a.       Periksa dan periksa ulang fakta,
b.      Jangan gunakan informasi tanpa sumber yang jelas.
c.       Perhatikan kaidah hukum
d.      Pertimbangkan setiap pendapat,
e.       Utarakan rahasia secara selektif,
f.       Hati-hati terhadap apa yang diutarakan,
g.      Pelajari batas daya ingat,
h.      Jangan lakukan pelecehan,
i.        Hindari konflik kepentingan,
j.        Peduli nasehat hukum.
2.6. Prinsip Dasar dalam Jurnalisme Online
        Prinsip-prinsip berperilaku dan beretika bagi cyberjournalist juga dikumandangkan oleh Poynter (http://www.poynter.org) salah satu organisasi di AS yang menjadi acuan kalangan cyberjournalist lantaran senantiasa membuka wacana untuk perkembangan cyberjournaslism dengan melibatkan kalangan pakar dan praktisi multimedia massa sedunia. Poynter senantiasa mengingatkan kalangan cyberjournalist untuk menelaah perkembangan internet lantaran secara langsung mempengaruhi perilaku dan aturan main di abad digital.
      Selain itu, jurnalis ber-internet dituntut untuk lebih memperhatikan kecenderungan aktual menyangkut kredibilitas dan akurasi, transparansi dan multimedia massa, serta harus waspada terhadap kecepatan penyampaian berita yang seimbang dengan kapasitas akurasinya.
      Beberapa hal utama yang ditekankan Poynter menyangkut profesi jurnalis dan organisasi multimedia massa adalah sebagai berikut :
a.       Integritas keredaksian, karena hal ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik sekaligus menjaga kredibilitas.
b.      Keterbukaan komunikasi di kalangan redaksi dalam organisasi multimedia massa, sehingga dapat memanfaatkan peluang ekonomi guna meraih keuntungan dari kecenderungan pertumbuhan bisnis internet.
c.       Riset Pasar dan menentukan ukuran berbisnis menjadi salah satu alat penting dalam menentukan arah kebijakan atau panduan mengembangkan bisnis isi berita (content), dan bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mendapatkan keuntungan sekaligus memberikan pelayanan informasi ke publik.
d.      Pengalaman konsumen menjadi hal utama, sehingga perlu senantiasa mengevaluasi berbagai model promosi atau iklan guna mengetahui keinginan publik yang secara signifikan perlu diperhatikan organisasi multimedia massa.
Sementara itu, Paul Bradshaw dari Online Journalis Blog menyatakan prinsip jurnalisme online sebagai berikut:
1.      Brevity (Ringkas)
Tulisan jangan bertele-tele namun bukan berarti tulisan harus pendek, namun tulisan yang panjang dapat diringkas dalam beberapa tulisan pendek sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami.
2.      Adaptability (mampu beradaptasi)
Perkembangan teknologi komunikasi memaksa jurnalis harus mampu beradaptasi dengan hal tersebut. Seorang jurnalis tidak hanya mampu menulis berita tapi juga harus mampu menggunakan video, kamera dan lainnya. Tak hanya jurnalis yang harus beradaptasi, informasipun harus beradaptasi.
3.      Scannabillity (mampu dipindai)
Sebagian besar pengguna situs berita online mencari sesuatu yang spesifik. Tujuh puluh sembilan persen dari pengguna melakukan scan halaman Web. Mereka mencari informasi utama, subheadings, link, dan hal lain yang membantu mereka menavigasi teks pada layar. Hal ini didasarkan asumsi bahwa pengguna tidak betah berlama-lama melihat monitor. Bradshaw menekankan pentingnya dua kata pertama sebagai judul untuk menarik perhatian pembaca.
4.      Interactivity (interaktif)
Memberikan keleluasaan pada pembaca situs untuk memanfaatkan apa yang ditampilkan sesuai kehendak mereka atau dengan kata lain, membiarkan pemirsa (viewer atau reader) menjadi pengguna (user).
5.      Community and Conversation
Beberapa tahun yang lalu, email merupakan hal yang paling populer digunakan oleh pengguna internet, namun belakangan ini mulai tergantikan dengan jaringan sosial dan pesan-pesan pendek yang menunjukkan kalau pengguna tidak hanya ingin bersikap pasif dalam menggunakan konten online.
2.7. Bahasa Penulisan Jurnalisme Online
Sebagai media massa, media internet “harus” menggunakan kaidah-kaidah jurnalistik dalam sistem kerja mereka, termasuk dalam penggunaan bahasa jurnalistik dan kaidah bahasa Indonesia. Tidak ada perbedaan antara bahasa jurnalistik cetak dan jurnalistik internet karena sama-sama “komunikasi tulisan” atau “bahasa tulis”.
Dengan demikian, karakteristik dan prinsip penulisan bahasa jurnalistik cetak (suratkabar, majalah, buletin, dan lain-lain), antara lain hemat kata, ringkas, padat, jelas, logis, kalimatnya pendek-pendek, sederhana dan mudah dipahami, juga berlaku di media internet. Perbedaannya hanyalah soal tampilan atau mediumnya. Jurnalistik atau media internet bersifat virtual sedangkan sajian jurnalistik atau media cetak itu tercetak (printed media).
Informal dan interaktif. Itulah ciri khas tulisan di website atau media online. “Penulis online dapat berkomunikasi dengan pembaca mereka dalam bentuk yang lebih variatif dari tulisan tradisional,” kata Robert Niles dalam artikelnya, ”How to write for the Web”, di situs The Online Journalism Review (ojr.org).
”Gaya tulisan demikian akan membuat pembaca Anda merasa nyaman membaca kata-kata Anda,”kata Niles. ”Seperti yang mereka rasakan ketika berbicara dengan seorang teman dekat.”
Nile memberi resep buat para blogger. Katanya, tuliskan di blog Anda yang Anda ketahui, termasuk pengalaman. “Bila Anda tidak tahu sesuatu, jangan takut mengakuinya. “Blogger hebat memandang posting mereka sebagai komentar pertama dalam sebuah percakapan, bukan kata akhir sebuah topik pembicaraan.”
Secara umum, berikut ini resep Niles tentang cara menulis yang baik di website:
a.       Short
Ringkas, the shorter the better.
b.      Active voice
Gunakan kalimat aktif.
c.       Strong verbs
Pilih kata kerja yang kuat.
d.      Contextual hyperlinking
Lengkapi dengan tautan informasi terkait; memungkinkan pembaca memperkaya pengetahuan dan informasi pendukung.
e.       Use formatting
Gunakan variasi tampilan huruf atau kalimat, misalnya dengan menggunakan daftar (list), header tebal, dan kutipan (blockquotes).
f.       Easy to read
Mudah dibaca; jangan ada blok teks atau alinea yang lebih dari lima baris.
2.8. Jurnalisme Online dan Demokrasi
Era new media mulai berkembang di dalam kehidupan kita. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh internet bisa kita rasakan manfaatnya. Dengan hanya duduk diam tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, kita bisa menjelajah dunia melalui internet. Tak hanya itu, informasi yang pernah ditampilkan dalam media massa, seperti televisi, radio, maupun media cetak pun juga bisa kita temui di internet. Dibandingkan media massa yang lain, internet memiliki kelebihan daya simpan yang tak terhingga. Segala sesuatu mengenai masa lampau bisa kita telusuri di internet.
Sisi positif dari internet inilah yang coba dimanfaatkan oleh kebanyakan media massa saat ini,  mereka berlomba-lomba membuat versi online dari media mereka. Dengan versi online, diharapkan audiens yang tidak sempat menikmati media massa tesebut bisa tetap mengaksesnya. Memang merupakan sebuah keuntungan bagi kita, namun lagi-lagi yang ditakutkan adalah akan menggeser keberadaan media konvensional lainnya.
Konvergensi media yang saat ini banyak terjadi membuka peluang bagi masyarakat awam untuk juga berpartisipasi dalam menjadi pewarta bagi sesamanya. Dunia jurnalisme online selalu tidak jauh-jauh dengan citizen journalism yang juga merebak seiring perkembangan new media itu sendiri. Walaupun demikian, menjadi seorang citizen journalist yang tidak dinaungi oleh institusi apapun juga perlu belajar, minimal dasar-dasar jurnalisme.
Indonesia adalah negara yang demokratis. Dengan berakhirnya era Orde Baru, lalu lintas informasi di negara kita tidak lagi dibatasi dan dikuasai oleh pemerintah semata. Sekarang rakyat bisa bebas berpendapat. Apa lagi didukung oleh keberadaan internet yang memiliki situs-situs tertentu dimana masyarakat bisa turut serta berpartipasi di dalamnya. Sifat internet yang tak memiliki penyaring atau filter membuat segala bentuk informasi dan pendapat masyarakat muncul dengan mudahnya. Mau mengkritik tentang kinerja pemerintah, bisa. Mau berkeluh-kesah tentang maraknya korupsi, juga bisa. Mau saling bertukar pikiran juga bisa walaupun belum saling kenal dan terpisah dengan jarak juga bisa.
Kebebasan berekspresi dan berpendapat melalui internet dalam bentuk jurnalisme online, memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing. Bagi masyarakat, Informasi dari internet dapat menembus jarak dan waktu serta menyebar ke mana pun, hal semacam ini membuat pemerintah tidak sepenuhnya bisa mengontrol informasi yang beredar karena saking luasnya. Nilai positifnya, Masyarakat bisa lebih open minded dengan informasi-informasi yang ada, sedangkan hal yang ditakutkan pemerintah adalah munculnya gerakan-gerakan yang dikhawatirkan menentang para diktator.
Sepatutnya kita bersyukur dengan sistem demokratis yang dianut oleh negara kita. Arus informasi apa pun bisa kita nikmati, sekalipun yang menghujat pemerintah. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah, demokratisasi di Indonesia dan kebebasan menggunakan internet jauh lebih unggul.
Bagi beberapa negara di Timur Tengah, penggunaan internet amat dibatasi. Negara tersebut adalah Irak, Afghanistan, Syria, dan Lybia. Internet dikhawatirkan memiliki potensi politik yang menentang pemerintah, sehingga negara-negara tersebut mengabaikan manfaat ekonomi dari internet.
Arus informasi yang beredar di internet Indonesia sendiri bisa beragam. Ada yang memang dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri demi keterbukaan informasi publik, ada yang disiarkan oleh media massa yang melakukan konvergensi media, ada pula yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri (citisen journlism) demi membagikan gagasannya. Ketiganya saling berkesinambungan. Ketika informasi dari media-media mainstream dirasa kurang memuaskan, beberapa kelompok masyarakat membuat situs mereka sendiri (misalnya tentang kebudayaan, keagamaan, sosial-politik, dan sebagainya) atau membagi gagasan mereka melalui cara lain.
Citizen journalism yang muncul di internet juga bisa mencakup kritik terhadap pemerintah, bahkan membuka sisi lain dari hal-hal tertentu yang orang awam tidak ketahui. Masalah politik seperti ketidakadilan hukum bisa ditentang melalui gerakan-gerakan tertentu yang diciptakan di dunia maya. Hal ini sangat berpengaruh. Bagaimana masyarakat bisa saling bersatu dan sepaham dengan hal-hal tertentu merupakan kekuatan tersendiri dari internet dan keterbukaan informasi.
Di Indonesia pun pemerintah sempat memblokir ratusan situs radikal. Tifatul Sembiring selaku Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) menjelaskan bahwa ada ketakutan yang muncul apabila situs-situs radikal tersebut dibiarkan akan memecah belah persatuan Indonesia. Situs-situs radikal tersebut menyebarkan kebencian dan fitnah antar suku, ras, bahkan agama. Dampaknya pun akan terjadi kekerasan yang membawa-bawa kepentingan tertentu.
Demokratisasi dan jurnalisme online bisa saling bantu sekaligus saling menjatuhkan disaat yang bersamaan. Dengan adanya jurnalisme online dan teknologi yang canggih saat ini, masyarakat dimodernkan dan pertumbuhan demokrasi menjadi cepat. Potensi yang ditawarkan internet untuk pertukaran informasi antar banyak orang sudah lebih maju daripada upaya-upaya penguasa untuk menjadikannya alat represi. Menurut Leslie D. Simon dalam “Demokrasi dan Internet: Kawan atau Lawan?” ia optimis bahwa internet dan informasi di dalamnya mampu membawa hal positif sekalipun ada sensor. Saya sepakat akan hal ini. Jurnalisme online yang ada dalam internet akan memberikan pengaruh positif bagi demokrasi sebuah negara.
2.9. Migrasi Pemberitaan Media Online Versus Surat Kabar
Perjalanan media saat ini mulai bergeser. Dibandingkan media cetak, saat ini perjalanan media online sudah membuktikan keperkasaannya. Terbukti, dari beberapa kali pendapatan iklan dan pembaca, media online telah melampaui surat kabar cetak.
Di Indonesia, media-media online sudah memasuki tahap baru dalam dunia jurnalisme. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mulai tahun 2010, media online sudah mendapat hati bagi pembaca yang mayoritas membutuhkan percepatan informasi.
Migrasi dari kertas (Koran) ke web (online) saat ini menunjukkan peningkatan yang significant. Itu bisa jadi karena penerapan pada komputer tablet dan penyebaran smartphone mendorong percepatan media online yang memang dikenal sangat loyal terhadap pembaca.
Di Indonesia, ada beberapa media online yang kini mencapai tingkat perkembangan yang cukup pesat. Sebut saja Detikcom, Kapanlagi.com, Antaranews.com, Kompas.com, JPNN.com, Inilah.com, Rakyatmerdeka.com, Vivanews.com, Mediaindonesia.com, dan Lensaindonesia.com Yang lebih mengejutkan, rata-rata media online tersebut merupakan penjelmaan dari surat kabar atau bahkan media elektronik yang sebelumnya sudah ada. Seperti Kompas.com dengan koran Kompas, Rakyatmerdeka.com dengan Koran Rakyat Merdeka, Mediaindonesia.com dengan koran Media Indonesia dan Vivanews.com dengan jaringan televisi TVone dan Antv.
Perkembangan online yang demikian pesatnya, menunjukkan jika surat kabar (saat ini) sedang menderita. Tidak hanya dari krisis ekonomi, melainkan karena banyak orang yang memilih membaca berita dan informasi melalui online dan (secara otomatis) pemasang iklan mengikuti pola pembaca.
Pada tahun 2010, koran-koran di Indonesia banyak yang melaporkan penurunan pendapatan iklan ketika media lain seperti televisi sedang menikmati rebound dalam penjualan iklan. Pendapatan iklan koran pada tahun 2010 turun 46 persen dalam empat tahun.
Sementara di sisi lain, pendapatan iklan online mengalami peningkatan. Ini sebuah tantangan untuk organisasi berita bahwa banyak klien yang memilih belanja melalui iklan online ini.
Sejak itu pula, koran-koran juga telah merasakan dampak media online. Mereka menderita. Terbukti, banyak media cetak yang memilih untuk menyusutkan staf, termasuk reporter dan editor. Atau memintahkan mereka ke bagian lain, terutama di bagian iklan untuk menguatkan posisi marketing.
Karena itu tidak heran jika kemudian media-media cetak besar saat ini sudah (latah) mulai menggunakan media online. Hal itu dikarenakan mereka tak ingin iklan dan pembaca Koran menyusut.
Surat kabar mulai mengenakan biaya untuk akses online ke situs Web mereka. Namun demikian, sepak terjang mereka sudah terlambat (terlanjur dibatasi). Mereka selama ini boleh dibilang hanya mengekor media-media online yang sudah ada. Di sisi lain mereka juga menggunakan online dengan tetap mengacu pada image (penamaan) koran yang sudah ada.
Ini tentu saja akan menjadi boomerang bagi mereka. Pasalnya, pembaca sudah bosan dengan media tersebut. Sehingga mereka lebih memilih media-media online yang memang mengawali dari bisnis online.
Jika melihat perkembangan media online belakangan ini, baik dengan banyaknya sistem-sistem yang berkembang maupun kualitas pemberitaan, tidak menutup kemungkinan pada 2012 ini, media online bakal menggeser keberadaan media konvensional seperti surat kabar.



















BAB III
KESIMPULAN
Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita melalui koran dan  majalah atau memancarkan berita melalui radio, televisi dan internet. Jurnalisme merupakan bagian dari komunikasi massa secara luas.
Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya.
Jurnalisme online lahir pada tanggal 19 januari 1998, ketika Mark Drugle membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut monicagate.
Sedangkan di Indonesia, Jurnalisme Online kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya pemerintahan Suharto di tahun 1998, dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak pembaca. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk berbagai jurnalisme online.
Detik.com barangkali merupakan media online Indonesia pertama yang di garap secara serius. Masa awal detik.com lebih banyak terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.
Karakteristik jurnalisme online yang paling terasa meski belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun pemirsa untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Beberapa karakteristik dari jurnalisme online dibandingkan ”jurnalisme konvensional” (cetak/elektronik) adalah sebagai berikut: real time, penerbit, unsur-unsur multimedia, interaktif, tidak membutuhkan organisasi resmi.
Jurnalisme online dan jurnalisme konvensional memang merupakan jurnalisme yang mempunyai perbedaan yang sangat mendasar, baik dari media yang digunakan, pelaku atau pekerja didalamnya, hingga penyusunan serta penampilan pesannya yang juga berbeda, namun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kehadiran kedua jenis jurnalisme tersebut pada intinya memiliki tujuan yang sama, yakni berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau menyajikan informasi atau berita yang penting bagi masrayakat atau khalayak luas. Namun cara, sistem yang digunakan adalah berbeda, serta penyajiannya, menjadikan kedua jurnalisme tersebut terlihat sebagai sebuah jurnalisme atau media jurnalisme yang saling berkompetisi atau bersaing.
Melihat berbagai fenomena diatas, semakin jelas bahwa sisi positif dan negatif jurnalisme online, dalam hal ini internet tidak dapat saling dijauhkan. Ketika satu sisi informasi tersebut mengungkap hal-hal yang selama ini ditutupi oleh pemerintah namun dibutuhkan rakyat, rakyat menjadi semakin kritis dan bebas berekspresi. Akan tetapi ketika informasi yang disebarkan mengandung kepentingan tertentu dan menghasut pihak lain, rakyat menjadi terpecah belah.
Jurnalisme online bisa menjadi kawan sekaligus lawan. Tidak ada agenda seting dalam informasi di internet karena berbagai sudut pandang bisa tercakup di dalamnya. Tidak ada batasan waktu untuk mengakses informasi. Namun segala kenyamanan yang ditawarkan tersebut juga membawa efek atau dampak yang besar bagi penggunanya.
Ketika jurnalisme dalam televisi, radio, dan media cetak sudah mulai tergeser oleh jurnalisme online, disinilah pemerintah juga mulai was-was akan keterbukaan informasi yang diterima masyarakat. Kedepannya bisa-bisa jurnalisme online menjadi ancaman bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terselubung.


DAFTAR PUSTAKA

Reddick, Randy dan Elliot King (diterjemahkan oleh Masri Maris). 1996. Internet Untuk Wartawan, Internet Untuk Semua Orang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Simon, Leslie David dkk. 2003. Demokrasi dan Internet: Kawan atau Lawan?. Yogya: Penerbit Tiara Wacana
Kompas, Tekno.Februari 14,2012.Rakyat Iran Sulit Akses Internet
            <http://tekno.kompas.com/read/2012/02/14/13100591/Rakyat.Iran.Sulit.Akses.Internet.>
[April 28, 2012]

Institute, Alvero.Juni ,2010. Pengaruh Media Online Terhadap .
<http://www.alveroinstitute.co.cc/2010/06/pengaruh-media-online-terhadap.html>
[April 28, 2012]

 

Lestari, Rani Dwi.Januari 12,2007. Jurnalisme Online to be continue.
            [April 28, 2012]

Widi, Fajar. Media Jurnalisme Online.
            [April 28, 2012]

Singkat Cerita.Juli ,2008. Revolusi Media Internet.
            [April 28, 2012]

Yulhendra. Desember 18,2008. Perbedaaan Antara Media Massa Cetak dengan Media Massa Online.
            [April 28, 2012]