BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi dekade terakhir ini telah membawa perubahan
besar dalam industri komunikasi yang memungkinkan terjadinya konvergensi media
dengan menggabungkan media massa konvensional dengan teknologi komunikasi. Hal
ini dapat terlihat pada media cetak besar yang ada di Indonesia memanfaatkan
teknologi komunikasi dengan membuat portal berita online. Konvergensi media ini
pula melahirkan jurnalisme baru yaitu jurnalisme online.
Disamping media komunikasi yang telah terlebih dahulu akrab dan diterima
khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini telah
menjadi salah satu media komunikasi yang mulai mendapat banyak perhatian dari
masyarakat. Keberadaanya juga mulai menjadi favorit bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Online adalah istilah bahasa dalam internet yang
artinya sebuah informasi yang dapat diakses dimana saja selama ada jaringan
internet. Oleh sebab itu jurnalisme online adalah perubahan baru dalam ilmu
jurnalistik. Media online menyajikan informasi cepat dan mudah diakses dimana
saja.
Media online (online media) juga berarti media
massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Media online adalah media massa ”generasi ketiga” setelah
media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku– dan media
elektronik (electronic media) –radio, televisi, dan film/video. Media
Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online –disebut juga cyber
journalisme– didefinisikan sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang
diproduksi dan didistribusikan melalui internet”.
Secara teknis atau ”fisik”, media online adalah media
berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website,
radio online, TV online (streaming), dan email.
Cyber journalism juga lazim dikenal dengan nama online
journalism dan berbagai ragam jurnalisme "masa kini" meramaikan pasar
media massa abad ini. Pesatnya perkembangan teknologi, terutama teknologi
komunikasi elektronik, membuka peluang jejaring komunikasi yang semakin asyik
dan semakin personal, dengan perangkat
yang semakin ringkas dan bermobilitas tinggi. Jurnalisme ini
mengandalkan teknologi Internet sebagai sarana sebarannya. Cyber journalism
juga berlandaskan cara kerja dan teknik serta etika yang pada dasarnya berasal
dari jurnalisme cetak dan jurnalisme pendahulunya, seperti radio dan televisi
atau jurnalisme media siaran (jurnalisme siaran).
Di Indonesia, perkembangan teknologi
memiliki banyak implikasi pada seluruh bidang kehidupan manusia. Perkembangan
teknologi yang begitu pesat ikut mempengaruhi proses eksistensi media. Hal
tersebut juga terjadi karena pola perkembangan manusia modern yang cenderung
serba instan. Media massa sedikit banyak akan mengalami pergeseran atau
revolusi ke arah yang lebih canggih. Mulai dari buku, majalah, surat kabar,
atau media cetak lainnya tidak memakai kertas lagi karena kita bisa membacanya
secara online. Perkembangan media online sejalur dengan makin merambahnya
internet di setiap pelosok di Indonesia, serta merebaknya handphone yang bisa
dengan mudah mengakses internet.
Beberapa
perusahaan media massa yang mulai merambah online diantaranya :
1.
Kompas.com.
Sebelumnya
perusahaan kompas hanya membuat kompas.com untuk selingan dan untuk
mengantisipasi menjamurnya media massa online di Indonesia, namun sekarang
sudah termasuk sukses dalam pengelolaannya.
2.
Okezone.com.
Okezone.com
muncul pada awal 2008 dengan penampilan lebih praktis dan memudahkan pembaca
berselancar di kanal-kanal pemberitaan.
3.
Detik.com
Sudah
ada sejak 9 juli 1998
4.
Tempointeraktif.com
5.
Vivanews.com
6.
Metrotv.com
7.
Liputan6.com
Dan
masih banyak lagi, baik yang berupa forum online, atau berformat seperti koran
online. Pergerakan itu merupakan upaya pemilik modal untuk merespon
perkembangan peradaban. Dimana masyarakat memiliki sifat dasar ingin
mendapatkan pelayanan praktis dalam berbagai hal. Bidang komunikasi memang
tidak dapat dipisahkan dari semua perkembangan teknologi yang berimbas pada
perkembangan media.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian dan Sejarah Lahirnya Jurnalisme Online
Jurnalisme
adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita melalui
koran dan majalah atau memancarkan berita melalui radio, televisi dan
internet. Jurnalisme merupakan bagian dari komunikasi massa secara luas.
Kendati pengertian jurnalisme kini mencakup medium yang sangat luas (termasuk
juga radio, televisi, internet bahkan bioskop), medium dasar dari jurnalisme
adalah suratkabar. Wartawan pada umumnya mengadopsi metode dan prinsip
jurnalisme tradisional pada koran dan majalah.
Jurnalisme
online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet
sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya. Selama
ini sadar atau tidak kita hanya memahami online dalam artian ditampilkan di
sebuah situs web. Padahal 'online' mencakup berbagai tempat perkara (venue):
web, email, bulletin board system (BBS), IRC, dan lainnya. Tapi tentu bukan
tanpa alasan bahwa kebanyakan jurnalisme online saat ini diselenggarakan di
web.
Dari sekian venue di Internet, web
merupakan venue yang memungkinkan penyelenggara jurnalisme online untuk
menyediakan isi dengan features yang sangat kaya dengan cara paling gampang.
Namun, ini tidak berarti bahwa tak ada venue lain yang dapat dipakai untuk
menyelenggarakan jurnalisme online di Internet.
Jurnalisme online menjadi berbeda
dengan jurnalisme tradisional yang sudah dikenal sebelumnya (cetak, radio, TV)
bukan semata-mata karena dia mengambil venue yang berbeda; melainkan karena
jurnalisme ini dilangsungkan di atas sebuah media baru yang mempunyai
karakteristik yang berbeda -baik dalam format, isi, maupun mekanisme dan proses
hubungan penerbit dengan pengguna atau pembacanya.
Jurnalisme
online lahir pada tanggal 19 januari 1998, ketika Mark Drugle membeberkan
cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica
Lewinsky atau yang sering disebut monicagate. Ketika itu Drugle berbekal sebuah
laptop dan modern, menyiarkan berita tentang monicagate melalui internet. Semua
orang yang mengakses internet segera mengetahui rincian cerita monicagate.
Sedangkan
di Indonesia, Jurnalisme Online
kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya pemerintahan Suharto di tahun 1998, dimana
alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak
pembaca. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk berbagai jurnalisme
online.
Detik.com barangkali merupakan
media online Indonesia pertama yang di garap secara serius. Tidak heran karena
pendirinya kebanyakan dari media, Budiono Darsono (eks wartawan Detik), Yayan Sopyan (eks wartawan Detik), Abdul
Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugraha. Server detik.com sebetulnya sudah siap
diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli
1998. Jadi tanggal 9 Juli ditetapkan sebagai hari lahir Detik.com.
Detik.com yang update-nya tidak lagi menggunakan
karakteristik media cetak yang harian, mingguan, bulanan. Yang
dijual detik.com adalah breaking news. Dengan bertumpu pada tampilan apa adanya
detik.com menjadi media jurnalisme online pertama yang melesat sebagai situs
informasi digital paling populer di kalangan pengguna internet Indonesia.
Masa
awal detik.com lebih banyak
terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah
situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan
untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.
Media
online detik.com di Indonesia yang telah sukses menyajikan ragam berita, selain
itu kantor berita Nasional Antara juga menggunakan teknologi internet. Seiring
berjalannya waktu, media online mulai bermunculan seperti astaga.com,
satunet.com, suratkabar.com, berpolitik.com, dan ok-zone.com. Dengan lahirnya
media online maka media cetakpun tidak mau kalah, dengan dua penyajian media
cetak dan media online seperti kompas.com, temporaktif.com, republika.com,
pikiran-rakyat.com, klik-galamedia.com, dan masih banyak lagi. Itu adalah
langkah baru berkembangnya teknologi yang telah melahirkan jurnalisme online.
2.2. Karakteristik Jurnalisme
Online
Karakteristik
jurnalisme online yang paling terasa meski belum tentu disadari adalah
kemudahan bagi penerbit maupun pemirsa untuk membuat peralihan waktu penerbitan
dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengarsip
artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya dapat
dilakukan oleh jurnalisme tradisional, namun jurnalisme online dimungkinkan
untuk melakukannya dengan lebih mudah dan cepat.
Beberapa karakteristik dari jurnalisme online
dibandingkan ”jurnalisme konvensional” (cetak/elektronik) adalah sebagai
berikut:
1.
Real Time
Karakteristik
jurnalisme online yang paling popular adalah sifatnya yang real time. Berita,
kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat
kejadian sedang berlangsung. Ini barangkali tidak terlalu baru untuk jenis
media tradisional lain seperti TV, radio, telegraf, atau teletype.
2.
Penerbit
Namun
dari sisi penerbit sendiri, mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa
tanpa dikerangkengi oleh periodisasi maupun jadwal penerbitan atau siaran:
kapan saja dan dimana saja selama dia terhubung ke jaringan Internet maka ia
mampu mempublikasikan berita, peristiwa, kisah-kisah saat itu juga. Inilah yang
memungkinkan para pengguna atau pembaca untuk mendapatkan informasi mengenai
perkembangan sebuah peristiwa dengan lebih sering dan terbaru.
3.
Unsur-unsur Multimedia
Menyertakan
unsur-unsur multimedia adalah karakteristik lain jurnalisme online, yang
membuat jurnalisme ini mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih
kaya ketimbang jurnalisme di media tradisional. Karakteristik ini, terutama
sekali, berlangsung pada jurnalisme yang berjalan di atas web.
4.
Interaktif
Selain
itu, jurnalisme online dapat dengan mudah bersifat interaktif. Dengan
memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya-karya jurnalisme online
dapat menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain. Ini
berarti, pengguna atau pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan
efektif namun tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan titik
pandang yang lebih luas, bahkan sama sekali berbeda.
5.
Tidak membutuhkan organisasi
resmi
Berikut legal formalnya sebagai lembaga pers, bahkan dalam
konteks tertentu organisasi tersebut dapat dihilangkan.
Interaktivitas jurnalisme online
tentu bukan hanya didukung oleh kemampuan teknologi Internet dalam menyediakan
hyperlink. Teknologi Internet juga membuka peluang kepada para jurnalis online
untuk menyediakan features yang memungkinkan sajiannya bersifat customized, tersaji
sesuai dengan preferensi masing-masing pengguna atau pembacanya; yang
memungkinkan para pengguna atau pembaca berinteraksi dengan lebih cepat, lebih
sering, lebih intens dengan sesama pengguna atau pembaca, narasumber,
bahan-bahan berita, dan jurnalisnya sendiri. Ujung-ujungnya, jurnalisme online
mampu membangun hubungan yang partisipatif dengan pemirsanya.
Dari
karakteristik-karakteristik diatas tersirat bahwa jurnalisme online membutuhkan
penanganan yang berbeda dalam penyelenggaraannya dan dinikmati dengan cara yang
berbeda oleh para pengguna atau pemirsanya ketimbang jurnalisme tradisional.
Dalam jurnalisme tradisional,
tata-tutur informasi misalnya, disajikan secara linear kepada para pembaca atau
pemirsanya. Pemirsa atau pembaca jurnalisme tradisional tidak bisa tidak harus
mengikuti urut-urutan informasi yang telah ditentukan sebelumnya oleh
penerbitnya: Dari kisah satu ke kisah kedua lalu ke kisah ketiga dan seterusnya
tanpa bisa melakukan lompatan.
Tapi dalam jurnalisme online,
tata-tutur informasi dapat disajikan sedemikian rupa secara non-linear untuk
mengakomodasi 'kebebasan' pengguna atau pemirsanya: Anda dapat mulai menikmati
publikasi online dari kisah terakhir lalu melompat ke kisah sebelumnya atau ke
kisah yang pernah dipublikasi sekian tahun sebelumnya, bahkan ke sumber
informasi yang sama sekali lain di tengah-tengah proses penikmatan informasi.
Apa yang disebut 'kebebasan memilih'
dalam media online, sebetulnya bukanlah sebuah kebebasan pilihan yang sejati
melainkan ilusi memilih; sebab pada dasarnya jurnalis atau penerbit online
telah terlebih dahulu menentukan opsi-opsinya (dalam prakteknya dapat berupa
rujukan dengan menggunakan hyperlink). Inilah salah satu aspek yang membuat
jurnalisme online dapat menyajikan informasi lebih kaya ketimbang jurnalisme
tradisional.
Sementara itu, misal yang lain,
tampilan akhir dari produk jurnalisme tradisional lebih banyak ditentukan oleh
rancangan dan bahan yang disediakan oleh penerbitnya; sedangkan pada produk
jurnalisme online, perlengkapan (device) dan preferensi yang diset dan dimiliki
oleh penggunalah yang banyak menentukan tampilan akhir produk sehingga bisa
jadi tampilan produk akhir jurnalisme online berbeda-beda di depan
masing-masing pengguna atau pemirsanya.
Dan
sampai saat ini, secara fisik, ukuran-ukuran device yang tersedia untuk
mengakses informasi ke berbagai tempat. Anda dapat menikmati novel atau koran
sambil tiduran, menonton berita TV sambil tidur-tiduran di karpet, atau
mendengarkan talk show dari sebuah stasiun radio sambil jalan-jalan dengan
pesawat walkman di saku anda. Itu semua, pada saat ini, tak dapat dilakukan
ketika pemirsa karya jurnalistik online: orang harus duduk di depan komputer
atau membaca teks di layar sempit pesawat selular maupun PDA (personal Data
Assistant) yang mampu-WAP. Meski bukan tidak mungkin di masa depan akan
ditemukan device baru yang akan memberikan kenyaman yang lebih baik untuk pemirsa
informasi secara online.
Di luar device pengguna, jurnalisme
online seperti halnya bentuk-bentuk komunikasi lain yang memanfaatkan media
digital online, berhadapan dengan kondisi infrastruktur yang tersedia dalam
jaringan komputer. Besarnya bandwidth, routing dan kualitas media jaringan
komputer juga merupakan variable yang menentukan kualitas komunikasi antara
device pengguna dengan device penerbit. Di samping sosiologi pengguna sasaran,
faktor-faktor yang disebut di atas merupakan beberapa variable yang harus
diperhitungkan dalam mendesain format tampilan maupun isi serta arsitektur informasi
yang akan disajikan.
2.3. Hubungan Jurnalisme Online
dengan Jurnalisme Konvensional
Jurnalisme
online dan jurnalisme konvensional memang merupakan jurnalisme yang mempunyai
perbedaan yang sangat mendasar, baik dari media yang digunakan, pelaku atau pekerja
didalamnya, hingga penyusunan serta penampilan pesannya yang juga berbeda,
namun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Keberadannya
tidak bisa dikatakan sebagai media yang berlawanan atau saling berkompetisi,
namun juga sebagai media yang dapat saling melengkapi dalam kegiatan
jurnalistik atau dalam dunia jurnalisme.
Kehadiran
kedua jenis jurnalisme tersebut pada intinya memiliki tujuan yang sama, yakni
berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau menyajikan informasi atau berita yang
penting bagi masrayakat atau khalayak luas. Namun cara, sistem yang digunakan
adalah berbeda, serta penyajiannya, menjadikan kedua jurnalisme tersebut
terlihat sebagai sebuah jurnalisme atau media jurnalisme yang saling
berkompetisi atau bersaing. Sebagai pengonsumsi media atau berita sebaiknya
dapat memilih saluran yang benar-benar dianggap efektif serta dapat memberikan
kepuasan tersendiri bagi masing-masing individu tersebut.
2.4. Kelebihan dan Kekurangan
Jurnalisme Online
Keunggulan jurnalisme online dibandingkan jurnalisme
konvensional (cetak atau elektronik) antara lain:
1.
Kapasitas
luas halaman web bisa menampung naskah sangat panjang.
2.
Pemuatan dan
editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja.
3.
Jadwal
terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat.
4.
Cepat,
begitu di-upload langsung bisa diakses semua orang.
5.
Menjangkau
seluruh dunia yang memiliki akses internet.
6.
Aktual,
berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
7.
Update,
pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.
8.
Interaktif,
dua arah, dan ”egaliter” dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room,
polling, dsb.
9.
Terdokumentasi,
informasi tersimpan di ”bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui ”link”,
”artikel terkait”, dan fasilitas ”cari” (search).
10. Terhubung dengan sumber lain (hyperlink)
yang berkaitan dengan informasi tersaji.
Kekurangan Media Online:
1.
Tidak ada ukuran pasti tentang siapa penerbit berita online, sehingga
dapat diklaim oleh beberapa pihak.
2.
Adanya
kecenderungan mudah lelah saat membaca sajian di berita-berita online yang
panjang.
- Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.
4.
Banyak terjadi kesalahan penulisan yang dikarenakan ketergesa-gesaan
dalam proses penulisan.
5.
Berpotensi mengakibatkan cyber crime (kejahatan dunia maya) seperti penculikan,
penipuan, dan berbagai tindak criminal lainnya.
6.
Menurunnya minat baca di
perpustakaan akibat lebih praktisnya media online.
7.
Meningkatkan plagiat akibat
mudah dicurinya karya-karya yang tersaji di media online.
Kelebihan
jurnalisme online, seperti yang tertulis dalam buku Online Journalism.
Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway
Pulblishers,2005):
a.
Audience Control
Jurnalisme
Online memungkinkan audiens untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang
ingin didapatkannya.
b.
Nonlinearity
Jurnalisme
Online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri
sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami berita
tersebut.
c.
Storage and Retrival
Online
jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali secara mudah oleh
audiens.
d.
Unlimited Space
Jurnalisme
online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan atau ditayangkan kepada
audiens dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
e.
Multimedia Capability
Jurnalisme
online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar,
video dan komponen lainnya didalam berita yang akan diterima oleh audiens.
f.
Interactivity
Jurnalisme
online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audiens dalam setiap berita.
2.5. Kode Etik Jurnalisme Online
Nicholas Johnson mantan Komisioner Komisi Komunikasi
Amerika Serikat (AS) dan penulis buku How to Talk Back to Your Television Set
yang juga Dosen Ilmu Hukum di Iowa College of Law (AS), memberikan catatan
hal-hal mendasar tentang kode etik dalam penulisan jurnalistik online :
1.
Dilarang menyerang kepentingan individu, pencemaran
nama baik, pembunuhan karakter atau reputasi seseorang.
2.
Dilarang menyebarkan kebencian, rasialis, dan
mempertentangkan ajaran agama.
3.
Larangan menyebarkan hal-hal tidak bermoral,
mengabaikan kaidah kepatutan menyangkut seksual yang menyinggung perasaan umum,
dan perundungan seksual terhadap anak-anak.
4.
Dilarang menerapkan kecurangan dan tidak jujur,
termasuk menyampaikan promosi atau iklan palsu.
5.
Larangan melanggar dan mengabaikan hak cipta (copyright)
dan Hak Atas Karya Intelektual (HAKI, atau Intelectual Property Right/IPR).
Sementara
itu, Cuny Graduate School of Journalism yang didukung Knight Foundation melalui
halamannya di http://www.kcnn.org mencatat 10
langkah utama bagi cyber journalist termasuk
kalangan citizen journalist dan blogger supaya terhindar dari masalah hukum,
yakni:
a.
Periksa dan periksa ulang fakta,
b.
Jangan gunakan informasi tanpa sumber yang jelas.
c.
Perhatikan kaidah hukum
d.
Pertimbangkan setiap pendapat,
e.
Utarakan rahasia secara selektif,
f.
Hati-hati terhadap apa yang diutarakan,
g.
Pelajari batas daya ingat,
h.
Jangan lakukan pelecehan,
i.
Hindari konflik kepentingan,
j.
Peduli nasehat hukum.
2.6. Prinsip Dasar dalam Jurnalisme
Online
Prinsip-prinsip
berperilaku dan beretika bagi cyberjournalist juga dikumandangkan oleh Poynter
(http://www.poynter.org) salah satu organisasi di AS yang menjadi acuan
kalangan cyberjournalist lantaran senantiasa membuka wacana untuk perkembangan
cyberjournaslism dengan melibatkan kalangan pakar dan praktisi multimedia massa
sedunia. Poynter senantiasa mengingatkan kalangan cyberjournalist untuk
menelaah perkembangan internet lantaran secara langsung mempengaruhi perilaku
dan aturan main di abad digital.
Selain
itu, jurnalis ber-internet dituntut untuk lebih memperhatikan kecenderungan
aktual menyangkut kredibilitas dan akurasi, transparansi dan multimedia massa,
serta harus waspada terhadap kecepatan penyampaian berita yang seimbang dengan
kapasitas akurasinya.
Beberapa
hal utama yang ditekankan Poynter menyangkut profesi jurnalis dan organisasi
multimedia massa adalah sebagai berikut :
a.
Integritas keredaksian, karena hal ini sangat penting
untuk menjaga kepercayaan publik sekaligus menjaga kredibilitas.
b.
Keterbukaan komunikasi di kalangan redaksi dalam
organisasi multimedia massa, sehingga dapat memanfaatkan peluang ekonomi guna
meraih keuntungan dari kecenderungan pertumbuhan bisnis internet.
c.
Riset Pasar dan menentukan ukuran berbisnis menjadi
salah satu alat penting dalam menentukan arah kebijakan atau panduan
mengembangkan bisnis isi berita (content), dan bermanfaat untuk menjaga
keseimbangan mendapatkan keuntungan sekaligus memberikan pelayanan informasi ke
publik.
d.
Pengalaman konsumen menjadi hal utama, sehingga perlu
senantiasa mengevaluasi berbagai model promosi atau iklan guna mengetahui
keinginan publik yang secara signifikan perlu diperhatikan organisasi
multimedia massa.
Sementara
itu, Paul Bradshaw dari Online Journalis Blog menyatakan prinsip jurnalisme
online sebagai berikut:
1.
Brevity (Ringkas)
Tulisan
jangan bertele-tele namun bukan berarti tulisan harus pendek, namun tulisan
yang panjang dapat diringkas dalam beberapa tulisan pendek sehingga lebih mudah
dibaca dan dipahami.
2.
Adaptability (mampu beradaptasi)
Perkembangan
teknologi komunikasi memaksa jurnalis harus mampu beradaptasi dengan hal
tersebut. Seorang jurnalis tidak hanya mampu menulis berita tapi juga harus
mampu menggunakan video, kamera dan lainnya. Tak hanya jurnalis yang harus
beradaptasi, informasipun harus beradaptasi.
3.
Scannabillity (mampu dipindai)
Sebagian
besar pengguna situs berita online mencari sesuatu yang spesifik. Tujuh puluh
sembilan persen dari pengguna melakukan scan halaman Web. Mereka mencari
informasi utama, subheadings, link, dan hal lain yang membantu mereka
menavigasi teks pada layar. Hal ini didasarkan asumsi bahwa pengguna tidak
betah berlama-lama melihat monitor. Bradshaw menekankan pentingnya dua kata
pertama sebagai judul untuk menarik perhatian pembaca.
4.
Interactivity (interaktif)
Memberikan
keleluasaan pada pembaca situs untuk memanfaatkan apa yang ditampilkan sesuai
kehendak mereka atau dengan kata lain, membiarkan pemirsa (viewer atau reader)
menjadi pengguna (user).
5.
Community and Conversation
Beberapa
tahun yang lalu, email merupakan hal yang paling populer digunakan oleh
pengguna internet, namun belakangan ini mulai tergantikan dengan jaringan
sosial dan pesan-pesan pendek yang menunjukkan kalau pengguna tidak hanya ingin
bersikap pasif dalam menggunakan konten online.
2.7. Bahasa Penulisan Jurnalisme
Online
Sebagai
media massa, media internet “harus” menggunakan kaidah-kaidah jurnalistik dalam
sistem kerja mereka, termasuk dalam penggunaan bahasa jurnalistik dan kaidah
bahasa Indonesia. Tidak ada perbedaan antara bahasa jurnalistik cetak dan
jurnalistik internet karena sama-sama “komunikasi tulisan” atau “bahasa tulis”.
Dengan
demikian, karakteristik dan prinsip penulisan bahasa jurnalistik cetak
(suratkabar, majalah, buletin, dan lain-lain), antara lain hemat kata, ringkas,
padat, jelas, logis, kalimatnya pendek-pendek, sederhana dan mudah dipahami,
juga berlaku di media internet. Perbedaannya hanyalah soal tampilan atau
mediumnya. Jurnalistik atau media internet bersifat virtual sedangkan sajian
jurnalistik atau media cetak itu tercetak (printed media).
Informal
dan interaktif. Itulah
ciri khas tulisan di website atau media online. “Penulis online dapat
berkomunikasi dengan pembaca mereka dalam bentuk yang lebih variatif dari
tulisan tradisional,” kata Robert Niles dalam artikelnya, ”How
to write for the Web”, di situs The
Online Journalism Review (ojr.org).
”Gaya tulisan demikian akan membuat pembaca Anda merasa
nyaman membaca kata-kata Anda,”kata Niles. ”Seperti yang mereka rasakan ketika
berbicara dengan seorang teman dekat.”
Nile memberi resep buat para blogger. Katanya, tuliskan
di blog Anda yang Anda ketahui, termasuk pengalaman. “Bila Anda tidak tahu
sesuatu, jangan takut mengakuinya. “Blogger hebat memandang posting mereka
sebagai komentar pertama dalam sebuah percakapan, bukan kata akhir sebuah topik
pembicaraan.”
Secara umum, berikut ini resep Niles tentang cara menulis
yang baik di website:
a.
Short
Ringkas, the shorter the better.
b.
Active
voice
Gunakan kalimat aktif.
c.
Strong
verbs
Pilih kata kerja yang kuat.
d.
Contextual
hyperlinking
Lengkapi dengan tautan informasi terkait;
memungkinkan pembaca memperkaya pengetahuan dan informasi pendukung.
e.
Use
formatting
Gunakan variasi tampilan huruf atau
kalimat, misalnya dengan menggunakan daftar (list), header tebal,
dan kutipan (blockquotes).
f.
Easy
to read
Mudah dibaca; jangan ada blok teks
atau alinea yang lebih dari lima baris.
2.8. Jurnalisme Online dan
Demokrasi
Era new
media mulai berkembang di dalam kehidupan kita. Berbagai kemudahan yang
ditawarkan oleh internet bisa kita rasakan manfaatnya. Dengan hanya duduk diam
tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, kita bisa menjelajah dunia melalui
internet. Tak hanya itu, informasi yang pernah ditampilkan dalam media massa,
seperti televisi, radio, maupun media cetak pun juga bisa kita temui di
internet. Dibandingkan media massa yang lain, internet memiliki kelebihan daya
simpan yang tak terhingga. Segala sesuatu mengenai masa lampau bisa kita
telusuri di internet.
Sisi
positif dari internet inilah yang coba dimanfaatkan oleh kebanyakan media massa
saat ini, mereka berlomba-lomba membuat
versi online dari media mereka. Dengan versi online, diharapkan audiens yang
tidak sempat menikmati media massa tesebut bisa tetap mengaksesnya. Memang
merupakan sebuah keuntungan bagi kita, namun lagi-lagi yang ditakutkan adalah
akan menggeser keberadaan media konvensional lainnya.
Konvergensi
media yang saat ini banyak terjadi membuka peluang bagi masyarakat awam untuk
juga berpartisipasi dalam menjadi pewarta bagi sesamanya. Dunia jurnalisme
online selalu tidak jauh-jauh dengan citizen journalism yang juga
merebak seiring perkembangan new media itu sendiri. Walaupun demikian, menjadi
seorang citizen journalist yang tidak dinaungi oleh institusi apapun
juga perlu belajar, minimal dasar-dasar jurnalisme.
Indonesia
adalah negara yang demokratis. Dengan berakhirnya era Orde Baru, lalu lintas
informasi di negara kita tidak lagi dibatasi dan dikuasai oleh pemerintah
semata. Sekarang rakyat bisa bebas berpendapat. Apa lagi didukung oleh
keberadaan internet yang memiliki situs-situs tertentu dimana masyarakat bisa
turut serta berpartipasi di dalamnya. Sifat internet yang tak memiliki
penyaring atau filter membuat segala bentuk informasi dan pendapat masyarakat
muncul dengan mudahnya. Mau mengkritik tentang kinerja pemerintah, bisa. Mau
berkeluh-kesah tentang maraknya korupsi, juga bisa. Mau saling bertukar pikiran
juga bisa walaupun belum saling kenal dan terpisah dengan jarak juga bisa.
Kebebasan
berekspresi dan berpendapat melalui internet dalam bentuk jurnalisme online,
memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing. Bagi masyarakat, Informasi
dari internet dapat menembus jarak dan waktu serta menyebar ke mana pun, hal
semacam ini membuat pemerintah tidak sepenuhnya bisa mengontrol informasi yang
beredar karena saking luasnya. Nilai positifnya, Masyarakat bisa
lebih open minded dengan informasi-informasi yang ada, sedangkan hal
yang ditakutkan pemerintah adalah munculnya gerakan-gerakan yang dikhawatirkan
menentang para diktator.
Sepatutnya
kita bersyukur dengan sistem demokratis yang dianut oleh negara kita. Arus
informasi apa pun bisa kita nikmati, sekalipun yang menghujat pemerintah.
Jika dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah, demokratisasi di
Indonesia dan kebebasan menggunakan internet jauh lebih unggul.
Bagi
beberapa negara di Timur Tengah, penggunaan internet amat dibatasi. Negara
tersebut adalah Irak, Afghanistan, Syria, dan Lybia. Internet dikhawatirkan
memiliki potensi politik yang menentang pemerintah, sehingga negara-negara
tersebut mengabaikan manfaat ekonomi dari internet.
Arus
informasi yang beredar di internet Indonesia sendiri bisa beragam. Ada yang
memang dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri demi keterbukaan informasi
publik, ada yang disiarkan oleh media massa yang melakukan konvergensi media,
ada pula yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri (citisen journlism) demi
membagikan gagasannya. Ketiganya saling berkesinambungan. Ketika informasi dari
media-media mainstream dirasa kurang memuaskan, beberapa kelompok
masyarakat membuat situs mereka sendiri (misalnya tentang kebudayaan,
keagamaan, sosial-politik, dan sebagainya) atau membagi gagasan mereka melalui
cara lain.
Citizen
journalism yang muncul di internet juga bisa mencakup kritik terhadap
pemerintah, bahkan membuka sisi lain dari hal-hal tertentu yang orang awam
tidak ketahui. Masalah politik seperti ketidakadilan hukum bisa ditentang
melalui gerakan-gerakan tertentu yang diciptakan di dunia maya. Hal ini sangat
berpengaruh. Bagaimana masyarakat bisa saling bersatu dan sepaham dengan
hal-hal tertentu merupakan kekuatan tersendiri dari internet dan keterbukaan
informasi.
Di
Indonesia pun pemerintah sempat memblokir ratusan situs radikal. Tifatul
Sembiring selaku Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) menjelaskan
bahwa ada ketakutan yang muncul apabila situs-situs radikal tersebut dibiarkan
akan memecah belah persatuan Indonesia. Situs-situs radikal tersebut
menyebarkan kebencian dan fitnah antar suku, ras, bahkan agama. Dampaknya pun
akan terjadi kekerasan yang membawa-bawa kepentingan tertentu.
Demokratisasi
dan jurnalisme online bisa saling bantu sekaligus saling menjatuhkan disaat
yang bersamaan. Dengan adanya jurnalisme online dan teknologi yang canggih saat
ini, masyarakat dimodernkan dan pertumbuhan demokrasi menjadi cepat. Potensi
yang ditawarkan internet untuk pertukaran informasi antar banyak orang sudah
lebih maju daripada upaya-upaya penguasa untuk menjadikannya alat represi.
Menurut Leslie D. Simon dalam “Demokrasi dan Internet: Kawan atau
Lawan?” ia optimis bahwa internet dan informasi di dalamnya mampu membawa
hal positif sekalipun ada sensor. Saya sepakat akan hal ini. Jurnalisme online
yang ada dalam internet akan memberikan pengaruh positif bagi demokrasi sebuah
negara.
2.9. Migrasi Pemberitaan Media
Online Versus Surat Kabar
Perjalanan media saat ini mulai bergeser. Dibandingkan media cetak,
saat ini perjalanan media online sudah membuktikan keperkasaannya. Terbukti,
dari beberapa kali pendapatan iklan dan pembaca, media online telah melampaui
surat kabar cetak.
Di Indonesia, media-media online sudah memasuki tahap baru
dalam dunia jurnalisme. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mulai tahun 2010,
media online sudah mendapat hati bagi pembaca yang mayoritas membutuhkan
percepatan informasi.
Migrasi dari kertas (Koran) ke web (online) saat ini
menunjukkan peningkatan yang significant. Itu bisa jadi karena penerapan pada
komputer tablet dan penyebaran smartphone mendorong percepatan media online
yang memang dikenal sangat loyal terhadap pembaca.
Di Indonesia, ada beberapa media online yang kini mencapai
tingkat perkembangan yang cukup pesat. Sebut saja Detikcom, Kapanlagi.com,
Antaranews.com, Kompas.com, JPNN.com, Inilah.com, Rakyatmerdeka.com,
Vivanews.com, Mediaindonesia.com, dan Lensaindonesia.com Yang lebih
mengejutkan, rata-rata media online tersebut merupakan penjelmaan dari surat
kabar atau bahkan media elektronik yang sebelumnya sudah ada. Seperti Kompas.com
dengan koran Kompas, Rakyatmerdeka.com dengan Koran Rakyat Merdeka,
Mediaindonesia.com dengan koran Media Indonesia dan Vivanews.com dengan
jaringan televisi TVone dan Antv.
Perkembangan online yang demikian pesatnya, menunjukkan jika
surat kabar (saat ini) sedang menderita. Tidak hanya dari krisis ekonomi,
melainkan karena banyak orang yang memilih membaca berita dan informasi melalui
online dan (secara otomatis) pemasang iklan mengikuti pola pembaca.
Pada tahun 2010, koran-koran di Indonesia banyak yang
melaporkan penurunan pendapatan iklan ketika media lain seperti televisi sedang
menikmati rebound dalam penjualan iklan. Pendapatan iklan koran pada tahun 2010
turun 46 persen dalam empat tahun.
Sementara di sisi lain, pendapatan iklan online mengalami
peningkatan. Ini sebuah tantangan untuk organisasi berita bahwa banyak klien
yang memilih belanja melalui iklan online ini.
Sejak itu pula, koran-koran juga telah merasakan dampak media
online. Mereka menderita. Terbukti, banyak media cetak yang memilih untuk
menyusutkan staf, termasuk reporter dan editor. Atau memintahkan mereka ke
bagian lain, terutama di bagian iklan untuk menguatkan posisi marketing.
Karena itu tidak heran jika kemudian media-media cetak besar
saat ini sudah (latah) mulai menggunakan media online. Hal itu dikarenakan
mereka tak ingin iklan dan pembaca Koran menyusut.
Surat kabar mulai mengenakan biaya untuk akses online ke
situs Web mereka. Namun demikian, sepak terjang mereka sudah terlambat
(terlanjur dibatasi). Mereka selama ini boleh dibilang hanya mengekor
media-media online yang sudah ada. Di sisi lain mereka juga menggunakan online
dengan tetap mengacu pada image (penamaan) koran yang sudah ada.
Ini tentu saja akan menjadi boomerang bagi mereka. Pasalnya,
pembaca sudah bosan dengan media tersebut. Sehingga mereka lebih memilih
media-media online yang memang mengawali dari bisnis online.
Jika melihat perkembangan media online belakangan ini, baik
dengan banyaknya sistem-sistem yang berkembang maupun kualitas pemberitaan,
tidak menutup kemungkinan pada 2012 ini, media online bakal menggeser
keberadaan media konvensional seperti surat kabar.
BAB III
KESIMPULAN
Jurnalisme
adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita melalui
koran dan majalah atau memancarkan berita melalui radio, televisi dan
internet. Jurnalisme merupakan bagian dari komunikasi massa secara luas.
Jurnalisme
online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet
sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya.
Jurnalisme
online lahir pada tanggal 19 januari 1998, ketika Mark Drugle membeberkan
cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica
Lewinsky atau yang sering disebut monicagate.
Sedangkan
di Indonesia, Jurnalisme Online
kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya pemerintahan Suharto di tahun 1998, dimana
alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak
pembaca. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk berbagai jurnalisme
online.
Detik.com barangkali merupakan
media online Indonesia pertama yang di garap secara serius. Masa awal detik.com lebih banyak terfokus pada
berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik
mulai reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk juga
melampirkan berita hiburan, dan olahraga.
Karakteristik
jurnalisme online yang paling terasa meski belum tentu disadari adalah
kemudahan bagi penerbit maupun pemirsa untuk membuat peralihan waktu penerbitan
dan pengaksesan. Beberapa
karakteristik dari jurnalisme online dibandingkan ”jurnalisme konvensional”
(cetak/elektronik) adalah sebagai berikut: real time, penerbit, unsur-unsur
multimedia, interaktif, tidak membutuhkan organisasi resmi.
Jurnalisme
online dan jurnalisme konvensional memang merupakan jurnalisme yang mempunyai
perbedaan yang sangat mendasar, baik dari media yang digunakan, pelaku atau
pekerja didalamnya, hingga penyusunan serta penampilan pesannya yang juga
berbeda, namun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kehadiran kedua jenis jurnalisme tersebut pada intinya memiliki tujuan yang
sama, yakni berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau menyajikan informasi atau
berita yang penting bagi masrayakat atau khalayak luas. Namun cara, sistem yang
digunakan adalah berbeda, serta penyajiannya, menjadikan kedua jurnalisme
tersebut terlihat sebagai sebuah jurnalisme atau media jurnalisme yang saling
berkompetisi atau bersaing.
Melihat
berbagai fenomena diatas, semakin jelas bahwa sisi positif dan negatif
jurnalisme online, dalam hal ini internet tidak dapat saling dijauhkan. Ketika
satu sisi informasi tersebut mengungkap hal-hal yang selama ini ditutupi oleh
pemerintah namun dibutuhkan rakyat, rakyat menjadi semakin kritis dan bebas
berekspresi. Akan tetapi ketika informasi yang disebarkan mengandung
kepentingan tertentu dan menghasut pihak lain, rakyat menjadi terpecah belah.
Jurnalisme
online bisa menjadi kawan sekaligus lawan. Tidak ada agenda seting dalam
informasi di internet karena berbagai sudut pandang bisa tercakup di dalamnya.
Tidak ada batasan waktu untuk mengakses informasi. Namun segala kenyamanan yang
ditawarkan tersebut juga membawa efek atau dampak yang besar bagi penggunanya.
Ketika
jurnalisme dalam televisi, radio, dan media cetak sudah mulai tergeser oleh
jurnalisme online, disinilah pemerintah juga mulai was-was akan keterbukaan
informasi yang diterima masyarakat. Kedepannya bisa-bisa jurnalisme online
menjadi ancaman bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terselubung.
DAFTAR
PUSTAKA
Reddick, Randy dan Elliot King
(diterjemahkan oleh Masri Maris). 1996. Internet Untuk Wartawan, Internet
Untuk Semua Orang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Simon, Leslie David dkk.
2003. Demokrasi dan Internet: Kawan atau Lawan?. Yogya: Penerbit
Tiara Wacana
Kompas, Tekno.Februari 14,2012.Rakyat Iran Sulit Akses Internet
<http://tekno.kompas.com/read/2012/02/14/13100591/Rakyat.Iran.Sulit.Akses.Internet.>
[April 28, 2012]
Institute, Alvero.Juni ,2010.
Pengaruh Media Online Terhadap .
<http://www.alveroinstitute.co.cc/2010/06/pengaruh-media-online-terhadap.html>
[April 28, 2012]
Lestari,
Rani Dwi.Januari 12,2007. Jurnalisme
Online to be continue.
[April 28, 2012]
Widi,
Fajar. Media Jurnalisme Online.
[April 28, 2012]
Singkat Cerita.Juli ,2008. Revolusi Media Internet.
[April 28, 2012]
Yulhendra. Desember 18,2008. Perbedaaan
Antara Media Massa Cetak dengan Media Massa Online.
[April 28, 2012]
Terimakasih artikelnya sangat bermanfaat, jangan lupa untuk kunjungi website kami untuk mendapatkan info menarik seputar berita teknologi desktop, gadget, gaming, notebook, mobile, software and tips : HypeTech
Makasih kak sangat membantu :)